CV Artha Niaga Dharma Insani - Official Website

KENANGAN MASA SMA

Bagi yg kemarin sangat terkesan dg kisah perjuangan saya saat sekolah SMP, ini ada kelanjutannya yg jauh lebih heroik yaitu saat SMA.

Jarak rumah saya yg dibawah candi sukuh menuju ke SMAN 1 solo sekira 40 km, dan saya nglajo naik bis tiap hari. Berangkat dari rumah setelah sholat subuh atau jam 5 pagi, lalu jalan kaki 1 km menuju pertigaan nglorog kemudian naik minibus jurusan kemuning-karangapandan.

Sampai di karangpandan menunggu bis yg dari tawangmangu jurusan solo.
Jangan harap di jam segitu bisa bertemu pelajar lain di bis, adanya para karyawan pabrik yg masuk shift pagi.

Tapi tidak masalah krn selama di dlm bis saya tidak pernah lepas dari yg namanya buku. Seringnya buku pelajaran sambil menghafal pelajaran, tapi kadang diselingi novel juga yg saya pinjam dari perpus sekolah. Baik novel mainstream karya-karya NH Dini, Marah Rusli, Soeman HS, Buya Hamka, HB Jassin, WS Rendra, Sutan Takdir Alisjahbana, Korrie Layun Rampan, Satyagraha Hoerip, dll, ataupun juga novel non mainstream karya-karya Iwan Simatupang, Abdullah Idrus, Pramoedya Ananta Toer, dll.

Sampai di solo karena bis non AC tidak melewati jl. wolter monginsidi depan sekolahan, maka saya turun di ringin semar (barat bangjo panggung) lalu berjalan 500m ke sekolahan.

Namun ada yg berbeda setiap hari Selasa dimana ada pelajaran olahraga yg bertempat di stadion manahan solo. Meskipun jam pelajaran olahraga adalah di jam pertama dan kedua tetapi pelaksanannya adalah jam 6 sampai jam 7.30, sudah turun-temurun seperti itu.

Memang enak bagi yg rumahnya di solo kota setelah selesai pelajaran olahraga bisa pulang dulu lalu mandi, sarapan, baru berangkat ke sekolah masuk jam ketiga sekitar jam 9an. Tapi lain ceritanya bagi siswa interlokal seperti saya. Kalau dihari biasa masuk sekolah jam 7.15 itu saya berangkat dari rumah jam 5, maka di hari selasa karena pelajaran olahraga dimulai jam 6, saya berangkat dari rumah jam 3.30. Tentu saja tidak mandi krn airnya jam segitu masih beku, lagipula mau pelajaran olahraga juga.

Didalam bis barengannya bukan lagi para karyawan pabrik tapi bakul-bakul sayur lengkap dg sayuran juga dari tawangmangu yg akan dijual ke solo. Sampai terminal tirtonadi solo jam 5.30, dan karena tidak ada bis yg melewati stadion manahan, maka saya berjalan kaki dari terminal tirtonadi sampai ke stadion manahan lewat belakang terminal, ada sekira 5 km jauhnya.

Semua itu demi mengisi presensi pelajaran olahraga, yg meskipun tidak pernah absen dan di ujian tertulis bisa mengerjakan semua, tetap saja hasil maksimal di rapor adalah 8. Konon hanya siswa yg punya prestasi olahraga alias atlet pelatda/pelatnas yg bisa dapat nilai 9 di rapor (meskipun mungkin sering absen di pelajaran olahraga dan ujian tertulis juga ngerjain asal-asalan).

Selesai pelajaran olahraga saya mandi di kamar mandi sekolah, lalu sambil menunggu pelajaran mulai di jam ketiga, saya mangkal di 2 tempat favorit saya, kalo tidak di mushola ya berarti di perpus.

Pulang sekolah jam 13.30 saya berjalan lagi dari sekolah sampai bangjo ngemplak sekira 500m, lalu naik bis solo-tawangmangu. Sampai karangpandan oper minibus karangpandan-kemuning, turun di pertigaan nglorog lalu jalan kaki menanjak 1 km sampai dirumah, biasanya jam 16an.

Tapi di hari rabu dan jumat setiap pulang sekolah ada acara pengajian rokhis yg kami beri nama Jumpa Ikhwan disingkat JPI (mirip nama stasiun radio di solo yaitu JPI FM alias Jaya Pemuda Indonesia, yg di film KCB diplesetin jadi radio Jaya Pemuda Islam Indonesia), Acara ini selesai jam 15.00 sehingga sampai dirumah biasanya menjelang magrib.

Terus terang memang tidak terlalu cemerlang prestasi akademis saya di SMA karena persaingan yg begitu ketat di sekolah favorit unggulan se-karesidenan surakarta, ditambah usia saya yg lebih muda 2 tahun dari tmn2 yg lain, masih ditambah faktor perbedaan status sosial dan keadaan ekonomi keluarga yg jauh dibawah tmn2 (padahal di SD dan SMP masih setara dg tmn2).

Prestasi tertinggi yg bisa saya raih di SMA adalah juara 2 paralel (9 kelas) yaitu saat naik ke kelas 3 gegara sering belajar bareng kakak perempuannya almarhum didik yg saya ceritakan di status FB sebelum ini.

Di kelas 3 kami semua sudah tidak peduli lagi pada nilai rapor dan rangking, hanya fokus pada 5 huruf yaitu UMPTN. Lagipula saat kelas 3 itu saya juga terpilih sebagai ketua kelas 3 IPA 1 yg otomatis kesibukan jg bertambah sangat padat.

Semoga sekelumit kisah ini bisa menginspirasi adik2 generasi muda penerus bangsa masa kini yg cenderung hidup serba instan.

0 Response to "KENANGAN MASA SMA"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel